27.2.11

Balai pengobatan Cisitu, harapan besar membuat kami sadar untuk terus belajar

nampak tergesa-gesa dan persiapan pun belum cukup mantap untuk turun hari ini. Namun, semangat untuk berbagi jauh mendahului rasionalitas yang ada pada saat itu. Begitu yang saya lihat dari kader-kader korps relawan nusantara salman pada saat itu. Kami memang terlambat, tapi kader-kader rumah amal salman, para ibu riksa, kelompok pemberdayaan ekonomi dan pembinaan anak jalanan ini begitu antusias dan semangat nya membantu kami dalam kelancaran acara hari ini.


* relawan yang bergerak untuk balai pengobatan Cisitu hari itu

Balai pengobatan gratis untuk warga Cisitu, itu yang kami selenggarakan. Dengan bermodal 3 orang adik angkatan saya di kedokteran Unpad, yang tergabung dalam Volunteers Doctor (VOL-D) kami coba berkontribusi untuk membantu kelancaran acara tersebut. Acara memang telat, tapi itu tak menyurutkan semangat kami, terlebih melihat harap dari para warga yang sudah dari pagi bersabar menunggu.



* relawan VOL-D yang turun ke lapangan


* balai pengobatan gratis untuk warga Cisitu @ rumah susun mahasiswa ITB

Bismillah, dokter memang belum datang pada saat itu. Dengan berbekal kemampuan medis yang kami pelajari di kampus, serta berbagai pengalaman kami turun ke lapangan, menuntun kami untuk memulai dan melayani. Disinilah terasa indahnya berbagi, melayani, mengajarkan, dan berkontribusi. Walau kecil kapasitas kami, tapi bukan berarti sama sekali tak bisa memberi. Ini sekaligus laboratorium pembelajaran kami yang begitu berarti.


* persiapan obat








* anamnesis, pemeriksaan, dan penegakan diagnosis yang kami lakukan

Dokter pun datang, namun tak berapa lama mereka pun harus kembali. Meninggalkan beberapa pasien yang berharap untuk dilayani, dan tulisan resep yang perlu kami cermati. Tinggalah kami yang terkadang harus merenungi. Merenungi keluhan pasien yang terkadang tidak kami mengerti, merenungi tulisan dan maksud resep dokter yang tak seluruhnya pula kami mengerti. Konflik, terimakasih telah menampar kami agar kami bisa belajar lebih dan menjadi lebih matang kelak. Tatap harap mata mereka benar-benar menantikan karya dan bakti kita. Bukan sebagai mahasiswa kedokteran, ketika turun di lapangan di mindset mereka kitalah penjawab harapan itu, layaknya dokter seutuhnya.


* kedatangan dokter yang dinantikan akhirnya dikerubungi warga :)




* penyusunan obat dan pengambilan resep yang cukup hectic, setelah lama ditampung


* berdiskusi tentang resep yang tak dimengerti, dan mencari alternatif obat yang tidak tersedia


* menggantikan peran dokter yang harus kembali, sementara pasien banyak yang belum terlayani

Hampir 200 orang pasien yang ditangani, dan hampir setengahnya benar-benar dipegang kami, yang masih -dan akan terus- belajar dan mencari pengalaman. Letih, lelah itu nyata. Tapi itu tak seberapa ketika melihat lengkung senyum dan ucapan terimakasih mereka.


* para warga (pasien) yang sudah menaruh harap dan bersabar dari pagi

Hectic, dan mungkin agak sedikit tak terkendali. Itu yang bisa sedikit menggambarkan hari. Tapi Alhamdulillah, semua bisa teratasi. Terimakasih, itu mungkin kata yang mewakili, atas ajakan untuk sama-sama berbagi. Disini kami belajar untuk terus belajar dan meningkatkan kapasitas keilmuan. Untuk kebermanfaatn yang lebih luas lagi.



* dokumentasi di penghujung acara :)

Mari, kita lanjutkan memberikan persembahan dari hati yang tak mati ini :)