13.10.12

pelantikan gelombang 5


Sekelompok mahasiswa yang katanya siap mengabdi, yang sepertinya senang dunia social-humanity, yang dengar-dengar sih siap untuk pergi, pagi itu berkumpul  di pekarangan gor pakuan. Memulai aktivitas dengan menunggu. Selalu begitu.

 Mereka berjalan, dari kampus Unpad menuju Bumi Perkemahan Kiarapayung, suatu tempat yang nantinya, langit dan bulan di atasnya menjadi saksi bagi mereka-mereka ini, untuk bergabung di pasukan kami. Hem Heh.

Lalu catat baik-baik di memori kita, tanggal 6 dan 7 Oktober 2012 menjadi penting sebab kita sudah berbela hati  menomerduakan acara lain, demi keberlangsungan acara ini. Acara apa? Kita beri nama saja, Pelantikan Gelombang 5 Volunteer Doctors. Ya sebenarnya tanpa diberi nama, namanya memang sudah begitu.

Konsep baru, praktis kita realisasikan. Yah, tenda, alam, kebersamaan, langit, suara jangkrik, lengkap dengan hujan. Lalu kurang apa lagi? kurang air bersih sih iya, dan MCK yang…sudahlah jangan dibayangkan lagi.

Selesai menempuh perjalan panjang, menurunkan tas-tas besar yang sedari tadi mencangkol di pundak peserta, mereka mendirikan tenda. Saling bantu, beberapa memilih duduk, beristirahat dahulu. Dibersamai rintik hujan, mereka mengenakan alat pelindung dari hantaman air hujan. Menancapkan batu, menarik temali, jalan sana jalan sini, mondar mandir. Ah, itu membuat mereka terlihat heroik sekali.

Syahdan, rantetan acara mengisi hari mereka. Game, sholat , game lagi, makan siang, game lagi, game lagi, game lagi. jadi sore itu, sorenya bergame ria. Sampai akhirnya, gelap menghentikan mereka. Panggilan kebesaran Muslim mengalihkan cerita ke cerita berikutnya. Berjamaah, dibalut penerangan apa adanya. Lalu ceramah, tausyiah, nasihat menasehati. Apa yang lebih menyenangkan dari ini? Ya, kebersamaan selalu punya alasan untuk dirindui.





Malam melahap kita pada kantuk yang menjadi-jadi. Sampai saya, si panitia yang harusnya begadang, mimpi sambil berpikir, tidur sambil terjaga. Dua pertiga jiwa sudah ada di alam mimpi, sisanya masih melayani percakapan orang di alam nyata. Horor ya.

Peserta tertidur dengan (sepertinya) pulas. Lalu dibangunkan tengah malam, dan proses pelantikan berjalan gemulai loh jinaweeh. Sensor! Proses pelantikannya bukan untuk konsumsi publik, ini rahasia perusahaan. Kalau mau tau, ya rasakan sendiri saja.

Selamat sentausa, untuk kalian, gelombang 5 yang telah resmi bergabung di keluarga besar Volunteer Doctors, selamat mengabdi, melayani, dan berkontribusi J

Subuh menjelang, takbir dikumandangkan. Lalu agenda selanjutnya sudah menunggu. pemilihan ketua angkatan. Dan barakallah, terpilihlah Rahman Anshari sebagai ketua angkatan gelombang 5, semoga amanah, kawan J

Siang itu ditutup dengan gembira oleh keluarga yang kini bertambah besar. Semoga akan terus bertambah besar, mengembangkan sayap, menembus batas untuk mengabdi, iya kan?


Selamat datang, gelombang 5
Dari kakak gelombangmu,

Detin Nitami, FKG 2011, Vol-D gelombang 4 J

24.9.12

Kita dan Rasa Sepi Seorang Ibu

Mengambil hikmah di seberang waduk Jatiluhur, Purwakarta. Berkisah tentang perburuan janda jompo di Parang Gombong, untuk disantuni, diperiksa kesehatannya dan diobati. Menjajal malam dari rumah ke rumah, satu jompo ke jompo lainnya. Belajar tentang rindu, itu salah satu makna yang bisa kuikat malam itu.

Berawal dari pertemuanku dengan (sebut saja namanya) Nenek Ucuk, salah satu janda jompo yang kutemui dari 8 orang yang akan dikunjungi. Kediamannya hanyalah rumah panggung, kecil, berbentuk satu kamar, dengan penerangan luar yang tak terlalu terang. Tak pernah kubayangkan sebelumnya respon yang muncul dari beliau saat aku ketuk pintu rumahnya. Dengan tubuhnya yang renta, saat beliau keluar dan melihat kami, ia langsung menangis. Teriak, menangis histeris, haru. Tak pernah sebelumnya ada yang mau peduli dengannya, mengunjunginya, bertatap dengannya, bahkan sekadar duduk di teras rumahnya. Begitu tutur beliau sambil sesekali memeluk, merangkul, dan menggengam tangan kami disela-sela cerita dan tangisnya.

Nenek Ucuk, seorang yang hidup lebih dari 75 tahun ini masih sempat merasakan masa penjajahan Belanda dan Jepang. Ia masih sempat menyaksikan banyak penyembelihan kepala manusia pada masanya. Ia yang pernah menyembunyikan anak-anak laki-laki seusiaku dulu dari kejaran penjajah di rumahnya. Kini hidup seorang diri, walaupun ia punya beberapa anak dan cucu. Kesehariannya hanya makan nasi dan kecap dua kali sehari, dan minum dengan air teh manis. Pekerjaannya, hanyalah pengumpul karung-karung bekas. Yang tak kalah menyedihkannya adalah ketika warga sekitar melarang anak-anak kecil mereka bermain di sekitaran rumah Nenek Ucuk ini. Selalu mereka ditakut-takuti bahwa rumah Nenek Ucuk ini adalah 'Sarang Babi'.

Menyaksikan rasa sepi seorang ibu. Itu yang pertama terlintas di benakku saat melihat sang Nenek menangis ketika kami kunjungi, ketika ia sadar bahwa masih ada yang peduli. Berpisah dengan anak, keluarga saja sudah meninggalkan rasa sepi yang gersang pikirku, apalagi jika ditambah harus dikucilkan dari lingkungan. Aku bisa merasakan refleksi yang serupa, akan perasaan mendasar tentang rindu seorang ibu akan anaknya, keluarganya malam itu. Rasa sepi ibu itu naluri yang sangat khas.

Melihat realita tersebut, ditengah padatnya rutinitas yang sering menguasai diri kita, kita perlu sejenak berbicara dengan hati sendiri tentang seperti apakah kiranya hari ini keadaan ibu kita. Rasanya tak berlebihan bila sejenak kita perlu berbicara dengan perasaan kita, adakah rasa sepi kiranya tengah bergelayut di hati ibu kita??

Suatu waktu dalam hidup kita, ibu kita pun adalah ibu yang kesepian. Merindukan kita yang mulai asyik dengan diri kita sendiri. Kita mulai membangun cara pandang berbeda, cita rasa berbeda, dan bahkan mencari alasan yang terlalu rumit untuk merasa tidak bisa memahami seorang ibu secara apa adanya. Di usia kita yang belum terlalu tegak menjadi lelaki atau perempuan dewasa, ibu kita masih dan akan selalu berkata, "Hati-hati nak." Dan terkadang kita banyak menjawabnya dengan " Sudah mengerti bu, aku sudah besar."

Kita dan orang tua memang ditakdirkan lahir di generasi yang berbeda, menghuni zaman yang tak serupa, mengalami perubahan-perubahan budaya yang tak sama, sehingga terkadang muncul perbedaan-perbedaan yang membuat komunikasi orang tua dan anak tak sepaham, kehendak yang tak seiring, dan pikiran yang tak sejalan. Kondisi seperti ini seringkali mewariskan rasa sepi di kehidupan orang tua. Bukan karena mereka ditinggalkan, tapi karena ada keinginan yang tak dapat dipahami oleh anaknya. Ibu kita yang umumnya lebih banyak menghabiskan hari-harinya di rumah memang kadang gagal menangkap dan memahami perubahan yang terjadi pada pribadi dan lingkungan anaknya, perubahan yang tidak disertai kedewasaan dan kemampuan menghormati sebagaimana seharusnya.

Suatu masa dalam hidup kita, ibu kita adalah ibu yang menahan rindu. Menanti bertemu dengan anak-anak yang mulai terasa tak lagi membersamainya. Jangankan  bagi yang tak serumah karena harus merantau belajar, bahkan sebagian kita yang tinggal satu atap dengannya tak jarang seperti hidup dalam dunia yang berbeda. Kita dekat tetapi jauh.

Suatu ketika dalam hidup kita, ibu kita adalah ibu yang mencintai kita dengan segenap perasaannya yang dulu, tidak berubah. Sama kuatnya, sama tulusnya. Suatu saat dalam hidup kita, ibu kita adalah ibu yang tak lelah berharap dan berdoa untuk kita. Bahkan bila pun kita menganggap diri kita telah menjadi sesuatu. Sementara kita terkadang tumbuh dalam keangkuhan-keangkuhan, yang bersama itu mungkin cara kita memahami perasaan ibu kita pun sering berubah.

Sadarilah, bahwa sepi adalah jejak waktu yang tentu saja tak memberi rasa nyaman. Apalagi kita tak bisa tahu kapan ia akan berakhir. Dan seorang ibu adalah sosok yang mungkin sangat sering mengalami itu dalam hidupnya, meski mungkin kita kadang tak menyadari itu sebagai seorang anaknya. Sekali lagi, mari sejenak kita coba renungkan, bicara soal keadaan orang tua. Soal rasa sepi yang seringkali menerpa hidupnya. Saat kita masih punya kesempatan untuk membalas budi mereka, melakukan yang terbaik untuknya. Untuk ibu yang pengorbanannya tak terhingga. Agar jangan sampai ada kata "menyesal" di kemudian hari.

Mungkin kita juga adalah salah seorang anak yang telah membuat ibu merasa sepi, karena meninggalkannya untuk sementara, demi mengejar cita-cita. Hari ini, entah dimanapun setiap kita berada, mari sejenak bicara tentang rasa sepi ibu yang terus menyimpan cinta dan kasihnya pada kita sampai kapan pun. Mari sejenak kita merenungkan keadaannya, di kala kita sedang jauh dari sisinya. Apakah yang sedang dia lakukan kini?? Sesekali obati rasa sepinya dengan rela meninggalkan kesibukkan untuk sesaat pulang menemuinya, mencium tangannya. Atau terkadang, cukup dengan suara saja ibu telah merasa puas. Sebab terkadang dengan sepatah kata sapaan dari kita yang terdengar dari ujung telepon, telah membuatnya bahagia yang tak terkira.

Ibu memang selalu merindukan kita. Sangat merindukan kita. Sampai kapan pun. Gambar wajah kita selalu hadir di benaknya, bermain-main di pelupuk matanya. Dia selalu melempar ingatannya ke masa-masa lalu yang indah ketika kita masih bersamanya, mengenang segala tingkah lucu kita yang menggores kesan indah di hatinya.

Sukses seorang anak tentunya memberi rasa bangga dan puas di hati seorang ibu. Kelelahan selama bertahun-tahun yang dia alami, akan berakhir tanpa bekas manakala dia melihat anak-anak yang dibesarkannya dengan penuh cinta hidup dalam kemudahan dan keadaan yang lebih baik dari kehidupannya sendiri.

Tetapi tentu bukan hal itu yang paling membahagiakan seorang ibu. Selain kesuksesan dan keberhasilan, seorang ibu sangatlah ingin melihat anak-anaknya tumbuh menjadi orang-orang shalih, berbakti dan berakhlak mulia. Itulah yang paling membahagiakan orang tua. Tak ada yang paling menyenangkan hatinya dan menentramkan jiwanya selain melihat mereka tumbuh dalam ketaatan kepada Allah swt. Terlebih ketika mereka telah berada di usia yang semakin senja, selalu ada harapan agar anaknya kelak tetap mengenangnya setelah kepergiannya, dalam doa dan munajatnya, memohonkan ampun untuknya.

Rasa sepi yang paling dahsyat akan dirasakan seorang ibu ketika ia tak menemukan keshalihan pada diri anak-anaknya. Saat beribadah tak ada yang menemani. Ketika berdoa tak ada yang mengamini. Di kala sakit tak ada yang mendoakan. Akhir hidupnya dihantui rasa takut akan kegagalan menuai pahala anak-anaknya.

Rasa sepi yang dialami oleh ibu tentu tak cukup hanya kita bicarakan. Sebab bicara tak akan memberi manfaat untuknya, kecuali agar ada kesadaran yang muncul dari diri kita, untuk mengenali dan mengetahui kondisi itu. Bicara tak akan mengobati rasa sepi itu. Bicara tak akan mengurangi kesendirian dan kerinduan ibu. Yang harus kita lakukan kemudian adalah merenungi apa yang telah kita berikan kepada ibu. Merenungi adalah untuk mengukur kadar perhatian kita kepadanya, agar kita bisa memberinya lebih banyak lagi, dalam hal apapun.

Selalu taatlah kepadanya, jagalah hubungan baik dengannya, hindari hal-hal yang tidak disukainya. Ajaran agama tak memberi kita ruang untuk menolak apapun perintahnya, kecuali jika perintah itu menyalahi perintah Allah dan Rasul-Nya. Tunjukanlah selalu ketaatan kepada mereka, berikanlah bakti kita kepadanya.

"Tidak ada dosa yang dipercepat adzab kepada pelakunya di dunia ini dan Allah juga akan mengadzabnya di akhirat selain (dua hal), yang pertama berlaku zhalim, dan kedua memutus silaturrahim (dengan orang tua)" HR. Bukhari
 
"Telah berkata Rasulullah saw, ada tiga golongan yang tidak akan masuk surga dan Allah tidak akan melihat mereka pada hari kiamat: anak yang durhaka kepada kedua orang tuanya, perempuan yang menyerupai laki-laki, dan kepala rumah tangga yang membiarkan ada kejelekan (zina) dalam rumah tangganya" HR. Hakim

Maksimalkanlah kekuatan doanya, kejarlah doanya yang tak terhijab, mintalah ketulusannya, dan rengkuhlah ridhanya.

" Tiga doa yang mustajab, yang tidak ada keraguan lagi di dalamnya: Doa orang yang terdzalimi, doa seorang musafir, dan doa orang tua untuk anaknya " HR. Tirmidzi
 
Sepenggal kisah pertemuan dengan Nenek Ucuk di Parang Gombong ini, sekali lagi bisa menjadi sebuah refleksi mendalam bagi kita, untuk sejenak bicara tentang rasa sepi seorang ibu. Yang ditengah kesepiannya itu, ia masih senantiasa melantunkan doa bagi anak-anaknya, maupun alm orang tuanya yang sudah lama meninggal. Menjadi sebuah refleksi bagi kita yang masih diberi kesempatan hidup, di masa usia yang masih terbilang 'muda.'

*sebuah catatan pasca Bakti Sosial Parang Gombong, Purwakarta, 23 September 2012*

Kontributor:
Dani Ferdian
Volunteer Doctors Gelombang 1

Perjalanan Parang Gombong, sebuah catatan pengabdian dan pencarian esensi dari perjalanan

“Bukan sekedar bermain dan mengabdi, ini semacam terdapat esensi di dalamnya”

That’s the point I get, after back from Parang Gombong, Purwakarta.

Sebuah desa yang menurut orang-orang community development sih desa itu sudah lumayan berkembang.

Ada senang, dan banyak haru di dalamnya.
Sulit dijabarkan sih sebenarnya, tetapi sangat melekat dalam ingatan.

Perjalanan Bandung-Parang Gombong, Purwakarta yang menghabiskan waktu kurang lebih sekitar 2,5-3 jam (macetnya sih di kota Bandungnya sendiri). Perjalanan yang seru dengan orang-orang yang istimewa, dengan  keluarga yang luar biasa “Volunteer Doctors” dan Kampus Peduli.

Tak ada masalah dengan medan yang harus dilalui, sepanjang perjalanan diliputi pepohonan yang menambah sedikit kesejukkan ditengah panas menyengat kota Purwakarta. Begitupun dengan jalanan yang rapi, sudah diaspal namun langka dilalui kendaraan. Perjalanan melewati bahkan hampir mengelilingi keseluruhan waduk Jatiluhur itu, membuat semarak perjalanan semakin bertambah.

Setibanya di suatu tempat pemberhentian perahu untuk menyebarangi “danau” itu membuat senyum kami tak pernah terlepas setengah-setengah karena pemandangan yang hadir selalu bisa membuat kami melepas tawa dengan pose andalan (alias narsis), kece banget kan?

Mengarungi danau, dengan menggunakan perahu yang dapat menampung  bejibun barang bawaan kami untuk baksos dan pengobatan gratis, serta ditambah beban berat tubuh akumulasi dari kami yang kurang lebih berjumlah 16 orang, tidak membuat kami takut, justru sebaliknya, kami merasa sangat senang. Perjalanan yang tak terasa berlangsung selama kurang lebih 10 menit itupun dilalui dengan perasaan tak was-was sama sekali.

Setiba di sana, kami mendiami salah satu rumah warga, eh dua rumah warga, satu rumah yang akan ditinggali oleh para ikhwan, dan satu rumah yang akan ditinggali oleh para akhwat. Satu hal yang membuat kami merasa nyaman adalah sambutan luar biasa dari warga sekitar atas atensi kami di desa tersebut.
Tak terasa waktu semakin larut, perjalanan malam pun dimulai dengan “berburu janda” atau mengunjungi janda-janda jompo untuk diberikan sembako dan dilakukan pemeriksaan kesehatan gratis. Bahkan dalam hal ini saja, kami dari Volunteer Doctors membagi tim pemburu ke dalam 2 tim: (1) kami namakan tim cupuers. Mengapa? Karena medan perjalanan yang kami kunjungi tidak begitu berat. (2) tim garang, selain subjek untuk diburu lebih banyak, medan yang dilalui pun jauh lebih terjal, berbatu, menanjak, gelap, dan yah … (selebihnya silakan deskripsikan sendiri)

Kurang lebih respon yang diberikan mereka hampir sama, mereka senang dengan kehadiran kami ke sana, mempedulikan dan membawakan sesuatu bagi mereka, yang menurut kami mungkin itu tak seberapa, tetapi bagi mereka itu sudah amat sangat berarti. Bahkan pada beberapa nenek yang umurnya mungkin sudah menginjak >75 tahun sampai menangis histeris, tak kuasa menahan haru, dan lagi-lagi kembali mengingatkan kami akan orang tua yang mungkin selalu merindukan anak-anaknya ketika mereka sendiri di rumah, dan selalu mengharapkan kehadiran anak-anaknya untuk segera pulang, sampai kecemasan yang orang tua rasakan ketika anaknya beranjak dewasa dan akan meninggalkan mereka. Ya, kami tersadarkan akan hal itu.

Rasa syukur tak henti-hentinya atas semua nikmat serba kecukupan yang kami miliki. Malu, bahwa mereka yang hidup seadanya saja tak pernah ambil pusing dengan kondisinya, tetap menikmatinya, dan  bagi mereka seperti tak pernah ada kuasa untuk mengeluhkan kondisinya. Sedang kami? Yang serba mudah, akses kemanapun bisa, kendaraan apapun ada di kota, semua kemudahan komunikasi dimiliki, lalu apa? Bersyukurpun mungkin sering luput dari ucapan dan perbuatan kami…

Tak berhenti di perjalanan malam gelap gulita berburu janda, keesokan harinya, kami membuka balai pengobatan gratis di salah satu rumah warga yang kami tumpangi.Mencengangkan dan cukup menjadi PR besar untuk kami, untuk saya terutama. Melihat kenyataan bahwa, di desa yang terlihat sudah cukup berkembang itu tidak memiliki fasilitas kesehatan yang memadai, tidak ada bidan di desa tersebut, bahkan unit pelayanan kesehatan terkecil pun yakni posyandu, pada kegiatan posyandu, tak pernah ada bidan/ tenaga kesehatan lain yang datang. Kalau ditanya  dimana mereka yang akan bersalin lalu melahirkan oleh siapa ditolongnya, maka sudah pasti jawabannya oleh dukun beranak, bagaimana tidak? Tak ada satu pun Nakes di desa tersebut. Adapun Nakes di sana hanya seorang mantri, itupun tadi, ketika ada sesuatu yang berbahaya, ya mereka harus menyebrangi danau dan naik perahu untuk menolong warga di sana.

Menjadi PR besar bahwa bukan hanya kesehatan yang masih sangat sangat jauh membutuhkan perhatian dan sentuhan tangan-tangan yang betul-betul ingin mengabdikan diri di sana, dari bidang pendidikan pun begitu. Di desa sana hanya memiliki 1 bangunan SD, itupun tadi, SD tersebut letaknya cukup jauh dan harus menyebrang danau terlebih dahulu sebelum tiba di sana. Adapun lewat darat bisa saja, tetapi letaknya sangat jauh dengan medan perjalanan yang cukup membuat dahi berkernyit.

Tak pernah habis memang, sudah seperti mata rantai yang membuat kami pun bingung harus memulai dari mana dan oleh siapa? PR itulah yang harus mendapatkan jawabannya dengan segera, cepat atau lambat, oleh kami atau oleh siapapun… mereka yang sepenuhnya mau mengabdi, adalah di sini ladang yang tepat untuk mengabdikan diri...

Kontributor:
Andina Rostaviani
Volunteer Doctors Gelombang 3

25.8.12

Pengalaman Bergabung di Vol-d

Beruntung sekali aku menemukan keluarga bernama “Volunteer Doctrors”. Keluarga dimana tempat aku mencari pengalaman baru dan tempat aku belajar tentang banyak hal.

Sebelum aku mengenal vol-d aku bukanlah apa-apa, sepertinya hidup hanya sekedar kuliah, makan, dan tidur, tidak ada yang berharga. Setelah aku bergabung dengan vol-d, aku melihat sosok-sosok yang begitu luar biasa, mahasiswa dari universitas negeri nomor satu di kota ini, di jurusan yang hebat pula, tentu mereka adalah orang-orang terpilih. Tapi hal yang membuatku lebih kagum adalah sosok-sosok hebat ini memiliki kepedulian yang tinggi terhadap sesama. Entah bagaimana caranya mereka bisa membagi waktu untuk kegiatan sosial diantara kesibukan jadwal kuliah dan berbagai organisasi yang mereka ikuti, sedangkan aku yang hanya kuliah dan mengikuti beberapa organisasi kecil kerap kali merasa terlalu sibuk dan mengeluh, aku benar-benar dibuat malu, tak sepantasnya aku mengeluh bila dibandingkan mereka.

Saat baksos pertama kali di Santolo, awalnya aku bimbang akan mengikutinya atau tidak. Bayangkan saja, 3 hari 2 malam hanya untuk melayani orang lain, ditambah lokasinya yang jauh dari pusat kota membuat semakin malas mengikutinya. Weekend menurutku adalah hal yang sangat berharga, hari dimana bisa sedikit rehat dari berbagai kesibukan. Tapi aku kembali memikirkannya baik-baik, ini adalah kesempatan baik yang mungkin tidak dapat kutemui lagi. Akhirnya aku mengikuti baksos Santolo yaitu Balai Pengobatan di desa Mira-Mare. Saat itu aku ditempatkan di bagian obat, bertugas mengambil obat berdasarkan resep dan menuliskannya di etiket. Pasien hari itu benar-benar banyak, tak henti-hentinya kami menerima pasien, bahkan untuk istirahat sejenak saja tidak bisa. Saat itu aku semakin terkesan melihat sosok-sosok hebat itu tetap melayani pasien dan membuatku belajar arti dedikasi.

Tak lama setelah baksos Santolo kami mendapat kabar akan ada tanggap bencana korban kebakaran di Cicalengka. Awalnya aku juga enggan mengikutinya, karena dilakukan sore hari hingga malam, lokasinya di luar kota, dan aku harus mengorbankan satu mata kuliah. Tapi demi niat ibadah dan mencari pengalaman, akhirnya kuikuti juga. Saat itu kegiatan yang dilakukan adalah mendengar “curhat” warga yang menjadi korban dan memberikan sedikit motivasi. Kegiatan hari itu membuatku belajar tentang kepedulian. Selain dua baksos ini, ada beberapa kegiatan baksos yang kuikuti dan semuanya selalu berkesan dan memberiku pelajaran.

Saat tiba hari pelantikan, ada beberapa materi yang disampaikan. Materi yang menarik perhatianku adalah tentang ke-vol d-an. Sang ketua memberikan materi mengenai arti, latar belakang, dan visi misi vol-d. Sebelum menutup materi, beliau memberikan kata-kata bijak. Kata-kata itu adalah perbedaan pengembara, pengikut, pengejar prestasi, dan pemimpin. Kata-kata itu benar-benar melekat di kepalaku. Bahkan saat ditanya mengenai materi sebelumnya aku tak bisa mengingatnya.

Empat kata itu masih kupikirkan setelah pelantikan. Saat itu aku tersadar aku hanya seorang pengembara, tak punya tujuan hidup dan hanya mengikuti arus. Benar-benar malu rasanya, oleh sebab itu saat diminta mengutarakan mimpi-mimpi yang ingin diwujudkan, aku tak berani mengutarakannya, karena memang aku tak memiliki mimpi yang jelas. Saat teman-teman lain mengutarakan mimpi-mimpi besar mereka, aku semakin merasa ciut dan tak berharga. Tapi hal itu yang membuatku tersadar, apakah aku selamanya akan menjadi pengembara? Tentu tidak, aku juga ingin dan bisa menjadi orang-orang hebat seperti mereka.

Mulai saat itu aku memikirkan akan masa depanku, cita-cita yang ingin kucapai, dan mimpi-mimpi besar yang ingin dan harus kuwujudkan. Menjadi mahasiswa D3, lulus, kemudian bekerja menurutku tak cukup menjadi modal untuk mewujudkan mimpi-mimpi besarku. Bukan berarti aku tak menghargai teman-teman yang memutuskan untuk kerja setelah lulus kuliah, aku justru sangat menghargai dan menghormatinya, bagaimana tidak, mereka bisa meringankan beban orang tua di usia muda. Namun menurutku lulus kemudian bekerja, apalagi bekerja yang dibatasi dinding-dinding laboratorium adalah hal membosankkan, rasanya hidupku terlalu berharga untuk dilewatkan di dalam dinding-dinding laboratorium. Apalagi kerja tekun di depan alat otomatis dan melakukan hal yang sama setiap hari bukanlah passion-ku. Aku lebih suka bersosialisasi dengan orang, hal ini pun baru kusadari setelah mengikuti berbagai kegiatan di vol-d.

Mimpi bukanlah apa-apa tanpa usaha untuk mewujudkannya. Akhirnya aku memutuskan untuk melanjutkan kuliah S1-ekstensi di Universitas Indonesia. Keputusan ini mungkin tak masuk akal bahkan tak setuju menurut beberapa pihak, tapi aku tetap pada pendirianku. Apa yang menjadi keputusannku adalah salah satu usaha yang kulakukan untuk mewujudkan cita-citaku. Aku tak akan meminta orang lain mengerti keputusannku, cukuplah aku, Allah, dan ibuku yang memahaminya.

Kuliah di UI menimbulkan berbagai konsekuensi besar, salah satunya aku tak bisa mengikuti kegiatan vol-d seperti dulu. Vol-d tak akan pernah merasa kehilangan aku sebagai salah satu anggotanya, karena aku tak memberikan kontribusi besar di vol-d. Selain itu saat aku tak aktif di vol-d akan diganti berpuluh bahkan beratus kali lipat orang penggantiku yang jauh lebih hebat. Dalam hal ini aku adalah satu-satunya pihak yang merugi, aku tak bisa mengikuti berbagai kegiatan hebat di vol-d. Baru kusadari bahwa mengabdi dan memberikan sedikit pertolongan pada orang lain bisa menjadi candu. Sedih rasanya tidak bisa bertemu keluarga hebat ini, bertemu dan mendapatkan inspirasi dari sosok-sosok hebat yang ada di vol-d. Aku benar-benar merasa kehilangan, tak bisa mencari ilmu dan pengalaman dan di saat yang berasamaan juga mengabdi pada masyarakat. Walupun baru satu tahun aku bergabung dengan vol-d rasanya aku sudah benar-benar memilikinya. Mudah-mudahan kelak aku bisa menemukan komunitas sosial seperti vol-d, walaupun pasti akan berbeda.

Terima kasih vol-d, kau telah mengubah hidup, memberikan berbagai inspirasi dan pengalaman berharga untukku.

kontributor:
Restya Sri Sugiarti
Volunteer Doctors Gelombang 4

13.6.12

Kesan Selama di Vol-D XII


Oleh :
-          Tita Fitriani
-          Yolanda
-          Yovan Rivanzah


Kesan Selama Di Vol-D

Assalamualaikum wr.wb.
Kesan saya selama mengikuti Vol D, awalnya saya tidak tahu apa itu Vol D dan saya menanyakan hal ini kepada teman saya, teman saya bilang kalau Vol D itu adalah relawan yang langsung terjun ke masyarakat dan sangat banyak manfaatnya kalau kita mengikuti kegiatan tersebut. Dari situ saya termotivasi, saya langsung mencari tahu dimana tempat pendaftaran Vol D. Akhirnya saya pun menemukannya, dan saya langsung mendaftarkan diri pada hari itu juga. Saat diklat pertama saya masih canggung karena hanya sedikit dari kebidanan yang ikut vol D, dan saya juga merasa malu karena ternyata anggota Vol D itu dominan anak kedokteran. Tapi saya tidak mundur karena hal tersebut, saya terus mengikuti diklat sampai diklat terakhir dan resmi menjadi anggota Vol D. setelah saya mengikuti diklat pertama, saya merasa Vol D merupakan wadah bagi saya untuk mencari ilmu, tempat berlatih, tempat menolong sesama manusia dan banyak lagi belajar tentang kerelawanan. Selain itu, materi yang di sampaikan oleh akang teteh Vol D itu benar-benar bermanfaat untuk saya, memang saya mendapatkan materi akademik di kampus, akan tetapi di Vol D materi yang  sudah saya pelajari lebih mantap lagi. Sampai saat ini saya masih bertahan, dan saya harus mengikuti dua diklat lagi menuju finish. Meskipun saya belum mengikuti kegiatan apa-apa di Vol D, tapi saya tidak menyerah karena mungkin belum ada kesempatan untuk saya mengikuti kegiatan tersebut karena aturannya yang di kocok agar semuanya kebagian atau sama rata dan mungkin pada saat itu saya juga memang tidak bisa mengikuti kegiatan yang di selenggarakan oleh Vol D. Padahal saya ingin sekali mengikuti kegiatan tersebut tapi bagaimana lagi, saya tidak bisa memaksakan kehendak saya. Saya berharap semoga akang teteh Vol D lebih banyak mengadakan kegiatan lagi, agar anggota Vol D semuanya dapat kebagian dalam kegiatan seperti balai pengobatan.
Tita Fitriyani
                                                                                                                        Kebidanan Unpad

            Jika ditanya bagaimana perasaan selama ini di Vol-D maka kata yang pertama terfikirkan adalah nyaman dan apa adanya. Entah mengapa setiap saya berada di dalam kegiataan Vol-D ini saya merasa sangat nyaman. Mungkin salah satu faktornya karena beberapa teman dekat juga ada di dalam kegiatan tersebut sehingga untuk berinteraksi tidak terlalu canggung. Tetapi di luar faktor tersebut pun saya tetap merasa nyaman di dalam atmosfer keluarga yang dibangun di setiap kegiatan Vol-D. Mulai dari koordinator diklat sampai kakak Vol-D gelombang sebelum-sebelumnya juga bersikap ramah yang semakin membuat saya nyaman.
Kegiatan Vol-D juga memberikan first impression yang sangat baik untuk saya. Mengikuti balai pengobatan di rumbel Ciroyom merupakan pengalaman berharga yang benar-benar baru dan  menarik yang mungkin akan sulit saya dapatkan jika saya tidak ikut Vol-D. Kemudian disusul dengan kegiatan gabungan bersama RCDC yang tidak kalah berharga nya. Tidak hanya itu, kegiatan lainnya pun memiliki cerita masing-masing. Ada banyak nilai dan pelajaran berharga yang bisa diambil dari hampir setiap kegiatan Vol-D, baik kegiatan berupa acara besar maupun sebatas diklat. Ada inspirasi baru setiap kegiatannya. Saya sangat bersyukur di tunjukkan oleh Allah untuk berada di dalamnya.
Kalau bicara bagaimana perasaan selama diklat, happy. Dari segi materi yang diberikan, juara. Selain itu saat diklat juga bisa bertemu dengan teman-teman lain meskipun banyak dari kebidanan yang belum saya kenal, sambil jalan insyaAllah. Tetapi saya sedih dan agak menyesal karena tidak bisa mengikuti 2 kali diklat dan salah satunya saat materinya sangat penting, Medcheck dan tentang balai pengobatan. Serius saya sedih. Semua teman yang datang diklat pada hari itu bilang “sayang banget kalo ngga ikut materi yang hari ini, penting banget, tadi aja sampe sore” :( Semoga bisa sedikit belajar dengan membuat resume dan semoga ada kesempatan lain dimana materi tersebut diajarkan lagi, amin.
Ya inti dari semuanya, bagaimana perasaan selama berada di dalam Vol-D adalah sebagian besaaar positif, sangat positif. Saya merasa senang, nyaman, mendapat pengalaman berharga, motivasi diri, teman baru, kakak baru, pelajaran baru, dan banyak hal bermanfaat lainnya. Kalo kata orang, Vol-D aku padamu. Bersyukur bisa ada di dalamnua Berharap semoga Allah mengizinkan untuk bisa terus berada disini, aamin :)
Yolanda

Saya mengenal volunteer doctors ini dari teman angkatan saya yang sibuk mendata peserta vo-d gelombang V dan membagikan bacaan mengenai vol-d. Jujur saya dulu belum tertarik untuk mengikuti diklat volunteer doctors ini karena belum mengetahui apa saja yang akan saya dapatkan dan lakukan disini. Saya pun hanya asal daftar dan mengikuti teman terdekat saya yang mengajak, itu pun di detik terakhir pendaftaran. Akhirnya saya mengisi formulir, mengerjakan tugas, kemudian medical check up yang membuat saya tidak bisa pulang ke rumah di akhir pekan. Beberapa minggu kemudian kami semua diwajibkan untuk mengikuti tes fisik yang merupakan diklat vol-d hari pertama. Walaupun dalam kondisi yang tidak sepenuhnya fit saya berusaha semaksimal mungkin untuk mengikuti tes fisik ini. Esok harinya adalah diklat vol-d hari kedua, sayangnya saya tidak bisa mengikutinya dikarenakan harus mengerjakan tugas yang diberikan oleh dosen tutor yang cukup banyak dan dalam rentang waktu sangat singkat. Diklat kedua ini dijadwalkan beres jam 4 sore namun pada pukul 2 siang saya sudah melihat anak vol-d selesai diklat. Minggu berikutnya adalah vol-d hari ketiga, yang dijadwalkan pada hari Minggu, di sekolah alam daerah dago. Saya sudah bertanya kepada Kerin selaku pj angkatan, mengenai teknis keberangkatan untuk diklat hari ketiga itu tetapi Kerin sangat sulit dihubungi dan tidak membalas SMS dari saya. Karena pada saat itu saya sedang ada keperluan keluarga di Jakarta. Namun, karena tidak ada kepastian, saya lagi-lagi tidak mengiktui vol-d hari ketiga. Tapi jujur sejauh ini saya merasa tidak terlalu menyesal tidak mengikutinya, karena saya merasa masih bisa melihat catatan teman yang hadir dan membuat resume materinya. Diklat hari keempat juga jatuh pada hari Minggu dan kembali membuat saya tidak bisa pulang ke rumah, saya pun tadinya sudah berpikir untuk mengundurkan diri karena saya sudah 2 kali tidak hadir dan ingin pulang ke rumah. Tetapi setelah saya pikir matang matang, pulang ke rumah bisa saya tahan dan lakukan minggu depan tapi untuk diklat vol-d ini hanya sekali seumur hidup, karena kita sendiri pun tidak tau apakah nanti tetap akan dilakukan diklat vol-d gelombang 6 atau tidak. Selain itu juga bila saya tidak hadir lebih dari 3 kali saya dinyatakan keluar dari peserta diklat vol-d. Akhirnya saya memutuskan untuk mengikuti diklat vol-d hari keempat ini. Karena ini diklat hari kedua saya setelah tes fisik, saya tidak tau apa saja yang dilakukan. Diawali dengan inspirasi pagi, pemanasan, binjas, dan kemudian dilakukan pemberian materi mengenai farmakologi dari Teh Yola (farmasi 2007). Saat pemberian materi saya tidak bisa fokus 100% dikarenakan saya sangat lapar, begitupun teman teman yang duduk disekitar saya. Selesai pemberian materi akhirnya waktu yang ditunggu-tunggu tiba yaitu makan siang. Disitu layaknya orang puasa 2 hari 2 malam semuanya langsung makan dengan lahapnya. Setelah itu kami shalat dhuzur dan diberikan waktu istirahat. Tepat pukul 13.00 diklat pun dilanjutkan dengan pemberian materi mengenai medical check up oleh Kang Danfer dan Teh Nanas, jujur itu materi yang sangat seru, menarik, dan berguna. Tapi sayangnya setiap demo yang diperlihatkan Kang Danfer saya tidak bisa melihatnya dengan jelas karena semua orang ingin melihat dan memiliki postur yang besar besar sehingga saya tidak bisa melihatnya dengan jelas. Makanya daripada berebut saya memilih untuk melihatnya paling akhir tapi tidak semuanya saya bisa lihat berhubung materinya banyak dan waktunya tinggal sedikit lagi. Tak terasa waktu menujukan pukul 16.45 akhirnya diklat dinyatakan selesai. Dilanjutkan dengan sharing dari panitia, inspirasi sore, dan doa, diklat hari keempat pun diresmikan ditutup. Setelah diklat vol-d hari keempat ini selesai saya merasa sangat menyesal karena dulu tidak mengikuti diklat dan hanya membuat resume materi tanpa tau praktiknya seperti apa. Maka dari itu, saya berjanji untuk terus datang mengikuti diklat vol-d maupun kegiatan vol-d yang memungkinkan saya untuk hadir. Karena percuma saja kita diberikan materi tapi kita tidak tau aplikasinya seperti apa. Lagi pula materi ini diberikan secara cuma cuma dan tidak menuntut banyak hal. Sekali lagi saya tidak menyesal untuk memilih mengiktui diklat vol-d ini walaupun teman-teman terdekat saya pada mundur dikarenakan alasan tertentu dan tidak pulang pada minggu kemaren diklat. Sebaiknya juga bila diklat dilakukan hari Minggu jangan terlalu pagi, agar kita sempat untuk sarapan terlebih dahulu.
Yovan Rivanzah


Kesan Selama di Vol-D XI


Oleh :
-          Ratna Ayu
-          Rini Meiyandayati
-          Rizqy Quratta
-          Sadrina Dinan
-          Syazana Zakaria


Kesan Selama Di Vol-D

1.      Kesan saya selama ikut vol-d ,saya merasa senang ikut vol-d karena dengan ikut vol-d bisa menambah teman dan banyak pengetahuan yang sangat penting .
2.      Mengikuti vol-d saya senang karena bisa bergabung dengan prodi lain, dan saling saring untuk berbagi ilmu.
3.      Mengikuti vol-d saya menambah ilmu tentang penolongan kepada orang lain , dan berbagai ilmu yang saya dapat selama di vol-d sangat bermanfaat sekali,khususnya ketika belajar Medical Cek up .
4.      Mengikuti vol- d saya ngerasa kekeluargaan terbentuk.
5.      Mengikuti vol-d selama ini  olahraga menjadi terbiasa  untuk kesehatan diri.

Ratna Ayu

            Perasaanku selama ini di Vold senang dan nyaman ingin terus di Vold , apalagi kakak-kakaknya ramah dan bersahabat, selama diklat pun materi-materi yang diajarkan sangat bermanfaat buat bekal kegiatan vold dimasyarakat dan juga diperkuliahan. Aku ingin terus bergabung di diklat vold sampai peresmian menjadi anggota vold, selain itu juga di Vold ini bisa menambah teman, tidak hanya teman dari satu jurusan saja tetapi berbagai jurusan lain, seperti kedokteran, kedokteran gigi, farmasi, kebidanan dan keperawatan disini juga kita bisa saling sharing dan belajar berkolaborasi antar tenaga kesehatan, karena dalam terjun kemasyarakat nanti atau nanti sudah bekerja mengabdi untuk masyarakat pastinya saling berperan sesuai dengan tugas dan kewajibannya atau melakukan rujukan berkolaborasi jika itu bukan kewenangan kita. selain itu juga tidak hanya dari unpad saja loh di Vold ini tetapi ada beberapa universitas lain yang ikut bergabung di Vold.
Saya senang sekali jika nantinya bisa bergabung dan ingin terus bergabung di vold ini, bisa mendapat berbagai manfaat dan juga pengalaman yang tidak saya dapatkan diperkuliahan tetapi saya dapatkan di vold ini, selain itu juga semoga saya bisa menjadi bagian dari ‘’keluarga Vold’’ J
Rini Meiandayati
Kebidanan UNPAD

Berada di Vol-D itu rasanya… untuk sekarang sih saya senang. Cukup. Tapi belum cukup membentuk rasa keluarga. Maaf, tapi jujur itu perlu.
Banyak hal, seperti intensitas bertemu kurang, saya belum pernah ikut project daaaan lain sebagainya.
Tapi, buat saya dari pandangan mata saya yang lain, orang di Vol-D itu baik baik. Allah Maha Mengetahui isi hati dan siapa saja yang Ia ikatkan hatinya satu sama lain.
Satu hal yang saya super sangat optimis, kami gelombang 5 pasti pantas jadi keluarga baru Vol-D asal kami mau memantaskan diri. Dan satu hal yang pasti, berada di Vol-D adalah kebermanfaatan.
Itu semua cukup bagi saya untuk bertahan di Vol-D.
Ayo ah bikin jargon, biar rame. Biar orang tau kita satu : VOLUNTEER DOCTORS :D
Rizky Quratta

Assalamualaikum, hai teman-teman semua! Apa kabar? Masih semangat ikut diklat? Hehe. Di essay kali ini saya mencoba untuk lebih santai dalam menggunakan kata dan bahasa, mungkin agak non formal dibanding essay ‘Mimpi Bersama VOL-D’. And here we go…..
Tak terasa 4 kali pertemuan diklat sudah dijalankan. Sejak awal, hal pertama yang saya rasakan adalah optimis dan ikhlas. Optimis bisa menjadi salah satu yang terpilih untuk menjadi bagian dari keluarga besar VOL-D serta berusaha untuk ikhlas dalam menjalankan setiap diklat VOL-D gelombang 5. Walaupun kadang suka merasa lelah karena mungkin timingnya kurang tepat, bentrok dengan kegiatan lain, bentrok dengan urusan akademis, dll. Namun, di balik itu semua saya merasakan banyak manfaat dan hikmah yang bisa diambil dari setiap kegiatan.
Senang dan bangga. 2 hal inilah yang membuat saya bisa bertahan di diklat VOL-D. Saya senang bisa bertemu banyak teman serta kakak-kakak, senang bisa mendapat banyak inspirasi dari kata-kata bijak  kang Dani, he’s a really good inspirator! Really good in speaking and gave big influence for us J. Setelah mengikuti 3 kali pertemuan diklat dari 4 yang ada, saya merasa bangga akan adanya VOL-D. Bangga dengan kang Dani sebagai pendiri VOL-D yang banyak memberikan motivasi, bangga dengan kakak-kakak gelombang 1-4 yang saya akui hebat dan berwawasan luas, bangga dengan teman-teman gelombang 5 yang masih bertahan dan semangat sampai saat ini, serta bangga dengan berbagai kegiatan kemanusiaan yang telah dijalankan oleh VOL-D walaupun belum satupun yang saya ikuti karena halangan dari berbagai hal. InsyaAllah ke depannya, saya akan mencoba untuk lebih aktif di kegiatan-kegiatan VOL-D :D
Tetapi, di balik itu semua sebenarnya saya belum merasakan adanya rasa kekeluargaan yang begitu erat di gelombang 5 dan juga dengan kakak-kakak gelombang 1-4. Mungkin karena kegiatan diklat yang kesannya ‘formal’ baru diadakan pada gelombang 5 ini, sehingga membawa dampak yang berbeda dari gelombang-gelombang sebelumnya. Saya rasa gelombang 5 masih terlalu memfokuskan diri pada materi, bukan interaksi antar anggota.  Menurut saya ‘gelombang’ hanyalah menunjukkan waktu keikutsertaan. Tetapi keluarga yang satu dapat kita bangun dengan kesadaran bahwa kita berada di VOL-D untuk sesama. Mari kita satukan hati, bangun keluarga yang utuh dan berbeda J
Terakhir saya ucapkan banyak terimakasih untuk kakak-kakak gelombang 1-4. Semoga Allah membalas kebaikan kakak-kakak semua. Untuk teman-teman gelombang 5, I do proud of all of you! Semangat diklat sampai akhir yaaa untuk VOL-D yang lebih baik J. Wassalamualaikum
Sadrina Dinan

Much like everyone else, I joined Vol-D with one aim in mind. And that aim is to learn more about the study of medicine, the skills and to help others in need. We still have not gotten to know each other yet, but in time we definitely will, and our bond will strengthen.  There was a moment of doubt before I decided to join Vol-D, whether I am able to commit myself to Vol-D’s meeting and training. Nevertheless, I joined and had fun during the Diklat and learned a lot as well. I hope the members would take more effort in getting to know each other, especially those from other faculties. This would strengthen the bond and will improve the teamwork.
Syazana Zakaria
FK Unpad