22.6.11

dinamika: KAMU, aibon, obat penenang, sex bebas dan Gonorrhoea!

malam itu, kembali kami menyusuri jalanan pusat kota Bandung, kembali menyisir puluhan tunawisma yang sebelumnya memang pernah kami datangi. malam itu, pemeriksaan kesehatan, edukasi dan pengobatan sederhana coba kami lakukan. perjalanan malam ini memang sudah kami rencanakan, walau memang sempat pending karena kesibukan yang saya jalani.

hampir seminggu yg lalu pertama kali saya turun ke jalan,pemeriksaan kesehatan sekaligus survey kesehatan untuk pengobatan gratis hari jumat kemarin. beberapa tunawisma tak datang ketika hari H pengobatan gratis. dari info yang didapat, ternyata mereka tersesat ketika mencari bumi ganesha yang pada saat itu merupakan tempat kegiatan. mengetahui kondisi tersebut, terlebih mengetahui bahwa tunawisma yang tak hadir itu ialah sebagian dari mereka yang sakit pada saat pemeriksaan sebelumnya, kami berniat untuk kemudian mendatangi mereka untuk diperiksa kesehatan nya dan diberikan obat.

memanfaatkan sisa obat yg cukup banyak pasca pengobatan gratis, dengan menggunakan sepeda motor kami kembali menyusuri jalanan asia-afrika dan daerah pasar baru, untuk kembali melakukan pemeriksaan kesehatan, edukasi kesehatan, sekaligus pengobatan untuk tunawisma. kesehatan merupakan hak asasi setiap manusia. lalu sejauh ini, bagaimana jaminan dan siapa yang peduli akan kesehatan mereka, yang notabene nya hanya tunawisma atau gelandangan?

bersyukur dan salut ketika masih ada orang-orang yang concern di bidang kesehatan,walaupun secara basis keilmuan,itu bukan bidang mereka.tergerak dan tersentuh hati ini ketika rekan-rekan dengan background teknik maupun sosial, lintas universitas mau membantu suksesi kegiatan kesehatan yang dilakukan.

malam itu memang kami berhasil menemui dan memberikan pengobatan untuk mereka yang tak datang, hanya satu keluarga yang tak kami temui karena pulang ke daerah asalnya, seorang anak yang mengalami hernia dan sang ayah yang mengalami sakit bagian kemaluan nya pasca vasectomy.

malam itu, cukup dihentakkan dan dikagetkan oleh realita sosial yang kami temui.realita tentang jalanan.realita tentang permasalahan sosial.ini sebuah teguran,bisa jadi tamparan untuk para aktivis kesehatan.

bermula ketika kami memasuki daerah pasar baru, spot yang nampaknya jadi yang terakhir kami kunjungi malam itu.disini kami menemukan belasan anak jalanan dengan rentang usia anak-anak hingga remaja.mungkin, setiap kita sudah lumrah mendengar bahwa anak jalanan identik dengan 'ngelem', menghisap lem aibon.dan disini,kami menemukan realita itu di lapangan,depan mata kami sendiri.belasan orang anak dan remaja lengkap dengan lem aibon yg tak lepas dari tangan dan hidung mereka kami temui disini. awal mereka nampak takut dengan kedatangan kami,terlebih ketika kami tahu bahwa mereka sedang melakukan aktifitas 'ngelem' tadi. dengan pendekatan yang dilakukan, sedikit demi sedikit mereka mulai terbuka.

"awalnya saya pusing, tapi lama kelamaan jadi enak, seperti melayang, saya seperti melihat burung-burung, bintang, bebek, dan pelangi, bahkan seperti berada di dunia kartun", ujar salah seorang anak ketika ditanya tentang apa yang mereka rasakan ketika 'ngelem' tadi.pernah saya coba pinjam lem dari mereka dan coba saya ikuti menghisap seperti cara mereka, dan memang pusing yang akhirnya dirasa.itu hanya beberapa detik saja, dan coba bayangkan mereka yang bisa menghabiskan 3-8 kaleng lem per orang setiap hari nya dan ada diantara mereka yang sudah 8 tahun 'ngelem'. mereka rela menghutang demi mendapatkan lem tersebut, jelas saja, harga lem itu satu nya 1500, sementara mereka berpenghasilan hanya dari mengamen.

bisa dibayangkan konsekuensi medis apa yang bisa menimpa mereka. orang tua mereka pun hanya bisa terdiam dan menyerah pada keadaan anak-anak nya yang seperti itu. selain lem, mereka pun biasa menggunakan obat penenang, bahkan tak malu-malu mereka minta obat tersebut kepada kami, yang pada saat itu memang sedang membawa obat-obatan.miris memang.

namun ada yang membuat haru.ternyata mereka belum pernah tersentuh medis.bahkan buat mereka benda sperti "spigmo & stetoskop" sangat aneh & menarik.berebutan mereka bergantian ingin ditensi dan diperiksa,serta memainkan benda-benda itu.tawa lepas,kepuasan serta antusias ditemukan dalam diri mereka.

senang melihat mereka mulai terbuka menceritakan keluhan kesehatan nya.sampai akhirnya tersentak oleh seorang anak berusia 13 tahun yang menghamipri saya dan mengeluhkan gejalanya.ia sakit ketika kencing, ingin kencing terus, dan keluar nanah dari kemaluan nya.ketika diarahkan pada pertanyaan tentang riwayat sex,anak seumur itu mengaku pernah berhubungan sex lebih dari 2 kali dg perempuan seusianya.infeksi menular seksual et causa neiserria gonorrhoea, mungkin. itu yang saya fikir menyerang anak sedini itu. lebih mengagetkan ketika tau ternyata yang menderita hal yang sama tak hanya 1 orang.anak 17 tahun kemudian datang menghampiri dengan gejala serupa.sakit kencing,ingin kencing terus,& bernanah.riwayat hub sex lebih dari 5 kali.

astaghfirullah.kembali ditemukan yang lain, anak 16 tahun,gejala serupa (sakit kencing,ingin kencing terus,bernanah) ditambah flank pain (+) ,abdominal pain,tenderness (+). tak hanya saluran kencing dan kelamin,nampak kantung kemih dan ginjal nya pun infeksi.anak ini nampak sangat kesakitan dengan gerakan terbatas karena sakitnya itu.riwayat sex anak itu lebih mengagetkan.lebih dari 20 kali dan berganti-ganti pasangan, min 2 orang.

lebih dari hitungan jari,anak dengan kebiasaan sex sedini itu.dan bagi mereka itu hal yg lumrah.miris.sakit kencing,bernanah karena hub sex.mereka menyebut ini dengan terminologi "kepatil".angka kejadian nya banyak di mereka. bahkan mereka tak percaya,untuk ukuran usia saya.saya belum pernah melakukan hub sex. saking lumrah nya sex buat mereka.

partner sex mereka berasal dari kelompok daerah tunawisma yang berbeda (seperti ciateul, alun-alun, tegalega), baik itu yang seusia, lebih muda, maupun lebih tua umurnya. mereka biasa melakukan hubungan sex pada malam hari, di sekitaran taman tegalega. kata mereka, aktifitas seperti ini menjadi hal yang biasa disana.bahkan, untuk siang hari. anak2 itu rela melakukan hub sex di selokan-selokan agar tak terlihat. bisa dibayangkan bukan, ketika perilaku anak-anak nya seperti ini, bagaimana perilaku tunawisma dewasa nya? ditambah daerah bernaung mereka juga merupakan tempat menjajakan diri para wanita malam.

mereka tidak tahu akan konsekuensi nya,mereka tidak tau bahaya nya, yang mereka rasakan hanya sakit,dan menganggap itu biasa. takut! ya mereka takut dan mulai berfikir ketika mulai diberi penjelasan akan konsekuensi dan kenyataan sakit yg mereka hadapi. menyesal, mungkin sekilas itu hadir dari wajah mereka.

ketika kita tau realita akan kebiasaan ini, aibon, obat penenang, sex bebas, infeksi menular seksual, tanggung jawab siapa??

tak perlu kau lantang mengawang teriakan nasionalisme dan kecintaan pada negeri dalam tataran konsep saja.coba lebih peka,lebih peduli kawan! banyak tindakan nyata yg bisa kau lakukan untuk sebuah realita.akan kondisi sekitar kita.dengan kapasitas yg kita punya.

mereka butuh edukasi,ilmu,karena mereka bukan menolak/tak mau belajar,tapi karena memang mereka tak tahu darimana mendapatkan nya. mereka juga butuh kepedulian.miris ketika mereka melihat pemeriksaan kesehatan ibarat orang-orang kampung pedalaman melihat mobil mewah. dan mereka butuh iman.bias bagi mereka akan kebenaran dan keburukan.antara yg hak dan yg bathil.terbentur pada keadaan,kebiasaan. tak perlu terpaku pada tunawisma.lakukan apa yang bisa kau lakukan,berikan apa yang bisa kau berikan.mulai dari diri sendiri,dari hal kecil,sekarang! ini hanya sebuah contoh.bahwa masih banyak realita yg kita bisa penuhi kebutuhan nya.beramalah,dan berlomba lah dalam kebaikan.umat menunggu.

-sebuah catatan 20 Juni 2011

5.6.11

Titik tolak sebuah transformasi : Raker & Bonding



* Volunteer Doctors

bentuk tanggung jawab dari transformasi perubahan arah gerak.rapat kerja.itulah yang kemudian kami lakukan setelah mencoba mengubah sistem Volunteer Doctors yang semula sebatas komunitas penyedia Sumber Daya Manusia di bidang medis untuk kerelawanan menjadi lembaga non profit yang bergerak di bidang sosial-kesehatan-kemanusiaan (walau masih dalam bentuk komunitas untuk saat ini).mencoba lebih terarah, terstruktur dan sistematis.belajar untuk lebih mandiri,belajar untuk bisa menjalankan dan mempertahankan idealisme untuk bisa bertahan sampai akhir.belajar untuk berintegritas dan saling memiliki.untuk kebermanfaatan yang lebih luas.

mulai menambah anggota baru.kali ini lintas fakultas namun tetap dalam lingkup medis.mereka yang sekiranya bisa sewarna,berintegritas dan totalitas berjuang untuk umat. 2 mobil dan 2 sepeda motor akhirnya bertolak dari Jatinangor menuju sebuah villa di kawasan kampung toga. perjalanan ditengah gelap malam, rintik hujan, angin dan kabut menjadi bukti kesungguhan.

terbayar dengan hangatnya kebersamaan.mulai dari malu-malu untuk bisa saling mengenal,hingga akhirnya senyum lebar dan tawa lepas,sesekali diselingi canda mewarnai malam dan menyeka lelah.mencoba menyentuh hati. Bonding.







* tiba di kampung toga, bercengkrama, mengenal, dan mengakrabkan diri ditengah lelah

Dingin dan segarnya udara kampung toga di pagi hari kembali dihangatkan dengan cangkir teh, yang dilanjutkan dengan sosis dan jagung bakar.ntah rasanya apa,namun saya menyebutnya rasa kebersamaan.sosis dan jagung kebersamaan :)



*suasana kampung toga






* mempersiapkan amunisi :)



* bakar-bakar






* sosis bakar




* jagung bakar



* minum-minum :)



* makan-makan

Terakhir ditutup dengan rapat kerja.mengenal VOL-D lebih jauh.mencoba menanamkan nilai dan rasa kepemilikan.mencoba merumuskan bentuk-bentuk kontribusi untuk umat dengan kapasitas yang kita miliki sekarang.mencoba memantik komitmen dari setiap kita.




* Rapat Kerja

semoga bentuk transformasi ini menemukan titik idealnya, menemukan komitmen untuk yang manjalani nya, dan menghasilkan ledakan kebermanfaatan bagi lingkungan nya.



teruslah mengabdi, melayani, berkontribusi :)